Pelaksanaan Penyuluhan berkaitan dengan Teori Maslow
PELAKSANAAN TUGAS PENYULUH YANG TERKAIT
DENGAN
TEORI KEBUTUHAN MASLOW
TEORI KEBUTUHAN MASLOW
Berdasarkan UU
no. 16 tahun 2006 bahwa penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama
dan pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian lingkungan
hidup.
Penyuluh
adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. Penyuluh
memiliki tugas pokok yaitu menyuluh, yang selanjutnya dibagi menjadi
menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan
penyuluhan. Dalam tugas penyuluh yang melaksanakan penyuluhan, penyuluh
menyusun materi yang akan diberikan kepada sasarannya, merencanakan metode yang
akan diterapkan saat menyuluh dan menumbuh kembangkan kelembagaan petani. Dalam
mengembangkan kelembagaan petani yaitu kelompoktani (poktan) dan gabungan
kelompoktani (gapoktan), penyuluh harus tahu tentang fungsi dari kelembagaan
petani tersebut.
Dalam UU no.
16 tahun 2006 menyatakan bahwa fungsi kelompoktani adalah :
1.
Sebagai kelas belajar, yaitu wadah belajar
mengajar anggota kelompok guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
serta tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani sehingga
produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih
baik.
2.
Sebagai wahan kerjasama, yaitu untuk memperkuat
kerjasama diantara sesama petani dalam kelompoktani dan antar kelompoktani
serta dengan pihak lain. Sehingga usaha taninya akan lebih efisien serta lebih
mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.
3.
Sebagai unit produksi, yaitu usahatani yang dilaksanakan
secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat
dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dari segi kuantitas, kualitas
maupun kontinuitas.
Kemudian fungsi kelembagaan
petani, yaitu Gapoktan adalah :
1.
Sebagai unit usaha jasa produksi, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan harga).
2.
Unit usaha jasa penyediaan saprotan (pupuk
bersubsidi, benih bersertifikat, pestisidan dan lainnya) serta menyalurkan
kepada petani melalui kelompoknya.
3.
Unit usaha jasa penyediaan modal usaha dan
menyalurkan secara kredit/pinjaman kepada para petani yang memerlukan.
4.
Unit usaha jasa menyelenggarakan perdagangan,
memasarkan/menjual produk petani kepada pedagang/industri hilir.
Agar para pelaku utama yang
disebut petani memiliki kesadaran akan manfaat dari adanya fungsi kelembagaan
petani dan mau berafiliasi, berpartisipasi dan berhimpun menumbuhkan
kelembagaan petani sesuai dengan kesadarannya, maka perlunya peran penyuluh
guna meningkatkan SDM petani dengan memotivasi petani.
Salah satu
upaya untuk meningkatkan SDM petani adalah melalui kegiatan penyuluhan
pertanian. Keberhasilan pelaksanaan penyuluhan di lapangan sangat tergantung
pada kemampuan dan motivasi masing-masing penyuluh pertanian di dalam melaksanakan tugasnya.
Motivasi merupakan dorongan yang
membuat seseorang melakukan sesuatu dengan cara dan untuk mencapai tujuan
tertentu. Motivasi timbul berasal dari dalam diri seseorang tersebut dan juga
timbul karena adanya stimulus dari luar diri sesorang tersebut.
Pada dasarnya teori motivasi
dibedakan menjadi dua yaitu teori isi dan teori proses. Teori isi berkaitan
dengan faktor yang ada dalam diri seseorang yang memotivasinya. Sedangkan teori
proses berkaitan dengan bagaimana motivasi itu terjadi atau bagaimana perilaku
itu digerakkan, diarahkan dan dipelihara. Yang termasuk ke dalam teori isi
adalah teori hierarki kebutuhan dari Maslow.
Berdasarkan Maslow (1970), dalam
teorinya menyatakan bahwa terdapat lima hierarki kebutuhan yang ada pada diri
manusia. Teori lima hierarki kebutuhan manusia tersebut adalah :
1.
Kebutuhan
fisiologis, yaitu yang menyangkut kebutuhan akan makan, minum, pakaian dan
perumahan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling dasar atau tingkatan
terendah. Dalam konteks ini kegiatan penyuluhan akan berjalan lancar bila
penyuluh dan para petani memenuhi kebutuhan ini. Kegiatan penyuluhan, penyuluh
dan petani menggunakan pakaian yang sesuai dengan situasi dan kondisi kegiatan,
disediakannya fasilitasi makanan dan minuman. Dengan begitu konsentrasi penyuluh
saat menyampaikan pesan dan petani saat menerima pesan dapat terjaga. Sehingga
apa yang disampaikan dapat dicerna dengan baik oleh petani
2.
Kebutuhan
rasa aman, yaitu kebutuhan stabilitas, perlindungan dari ancaman bahaya,
pertentangan dan lingkungan hidup. Dalam konteks ini, kegiatan penyuluhan
dilakukan di tempat yang aman, bukan di tempat lereng dan dilaksanakan pada
waktu yang tepat sesuai dengan kesepakatan, serta tidak adanya paksaan terhadap
petani untuk menuruti apa yang disuluhkan. Dengan begitu petani tidak merasa
was-was serta disudutkan, sehingga kegiatan penyuluhan berjalan dengan tenang
dan nyaman.
3.
Kebutuhan
mencintai/dicintai dan rasa memiliki, yaitu kebutuhan akan kasih sayang dan
diterima dari dan oleh penyuluh serta anggota kelompoknya, berafiliasi dan berinteraksi.
Dalam konteks ini, penyuluh bersikap ramah, sopan santun, adanya kesetaraan
antara petani satu dan petani lainnya begitupun dengan dirinya, serta menganggap
bahwa petani adalah mitra. Sehingga petani merasa diterima kehadirannya dalam
kelompok begitupun dalam kegiatan penyuluhan.
4.
Kebutuhan
akan harga diri, yaitu kebutuhan mempertahankan prestise, status, kehormatan,
penghargaan, perhatian, perasaan diperlukan dan diapresiasi. Dalam konteks ini,
kegiatan penyuluhan, penyuluh mempersilahkan petani untuk berpendapat dan
mengemukakan perasaannya serta tidak mematikan kreatifitas petani. Dengan hal
tersebut, petani merasa dihormati dan dihargai sehingga apa yang disampaikan
penyuluh bisa diterima oleh petani.
5.
Kebutuhan
akan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan yang dapat memuaskan diri sendiri
seperti menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi untuk meningkatkan
prestasi dan mencapai status sosial yang lebih tinggi. Dalam konteks ini,
kegiatan penyuluhan, penyuluh memberikan kebebasan kepada petani untuk
mengutarakan saran dan menilai mengenai pesan yang disampaikan, serta memuji
petani akan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sudah dicapainya sehingga
adanya interaksi dan feedback dalam
kegiatan penyuluhan serta petani merasa terpuaskan dan bangga akan apa yang
telah dimiliki dan dicapainya.
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi. 2015. Papper:
Menganalisis Peran Penyuluhan Pertanian Di dalam Adopsi Suatu Inovasi. Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor. Bogor
Uki Stia Rahayu. 2016. Makalah:
Penyuluhan Pertanian
Annisa. 2017. Papper: Contoh
Pelaksanaan Tugas Penyuluh Menurut Teori Kebutuhan Maslow. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian Bogor. Bogor
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/826/Bab%20III%202001jti.pdf;jsessionid=0E7AB4849701226393E0970080EF81A3?sequence=11.
jurnal (diakses pada tanggal 28 Maret 2017)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/51475/4/Chapter%20II.pdf.
Jurnal (diakses pada tanggal 28 Maret 2017)
Komentar
Posting Komentar